ONLINEBRITA.COM,JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut kebutuhan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) untuk PT PLN (Persero) akan meningkat hingga 200 kargo dalam sepuluh tahun mendatang.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengatakan kenaikan kebutuhan PLN tersebut seiring dengan target Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang mencapai 10,3 gigawatt (GW).
“Kami mencatat misalnya PLN kelistrikan, dari RUPTL yang sudah ditetapkan terakhir ini, kebutuhannya kan juga meningkat drastis. Jadi dengan pembangunan 10 gigawatt itu, akan ada tambahan pada peak-nya itu 200 kargo,” kata Kurnia di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Merujuk RUPTL 2025–2034, PLN ditargetkan dapat menambah kapasitas pembangkit sekitar 71,2 GW yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Adapun 10,3 GW di antaranya berasal dari pembangkit berbasis gas.
Namun, Kurnia tak memungkiri bahwa ketatnya pasokan gas domestik bakal menjadi tantangan. Oleh karena itu, Kurnia menegaskan bahwa produksi gas ke depan bergantung pada tingkat investasi hulu migas. “Investasi di sektor hulu migas saat ini masih tumbuh baik.
Kalau kami mencatat, data pada 2020 menunjukkan investasi hulu migas berada pada angka US$10 miliar. Kemudian pada 2021 naik US$1 miliar. Sampai dengan 2025 kami menargetkan bisa mencapai angka investasi US$16,5 miliar,” tuturnya. BACA JUGA Pengusaha Keramik Usul DMO Gas untuk Jamin Pasokan Industri Pemerintah Klaim Pasokan Gas Domestik Aman hingga Akhir Tahun Kadin Ungkap Risiko
Deindustrialisasi Imbas Harga Gas Mahal Dalam catatannya, hingga saat ini produksi gas bumi berada di kisaran 5.000 sampai 6.000 billion standard cubic feet per day (BSCFD) atau setengah dari target pada 2030 sebesar 12 BSCFD.
Kurnia menyebut untuk mencapai target produksi gas tersebut, Indonesia membutuhkan penambahan investasi setidaknya US$26 miliar. “Proyeksi kami untuk mencapai angka 12 billion standard cubic feet per day di 2030, investasi kita itu harus US$26 miliar.
Artinya, kalau memang saat ini kita mencatat potensi masih cukup baik, aktivitas dan success rate-nya juga tinggi, sistem fisikal mencatatkan perbaikan,” jelasnya. Sebelumnya, SKK Migas tengah mengatur ulang alokasi ekspor LNG tahun ini untuk memprioritaskan kebutuhan gas domestik yang meningkat.
Kurnia mengatakan pihaknya telah mengarahkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan para pembeli LNG di berbagai negara untuk mengatur kembali jadwal pengiriman. “Kami juga kembali menyusun jadwal, bagaimana mengatur ekspor LNG supaya tetap menjaga komitmen untuk memenuhi kontrak, tetapi kami bisa diskusikan untuk penjadwalannya disesuaikan agar domestik juga mendapatkan LNG,” ujarnya beberapa waktu lalu.
SKK Migas memproyeksi ekspor LNG atau gas alam cair akan berkurang tahun ini ke angka 150 kargo, sementara untuk LNG domestik dialokasikan sebanyak 86 kargo. Sementara itu, laporan Bloomberg berdasarkan Ship-tracking Data memperlihatkan bahwa ekspor LNG Indonesia tahun lalu mencapai 300 kargo. Penurunan ekspor LNG ini terjadi untuk memastikan kebutuhan gas domestik tetap terpenuhi.
Apalagi, Kurnia menerangkan bahwa kebutuhan LNG PLN meningkat dari semula 60 kargo per tahun menjadi 100 kargo per tahun dalam dua tahun terakhir.(*)