Soal Ramalan Gempa Tanggal 3 Sampai 7 Maret, Tetap Beraktivitas dan Berdoa

Foto : Sosok Ahli kegempaan dan peta sulawesi

Onlinebrita.com, Manado- Munculnya ramalan Gampa di wilayah Sulawesi terlebih di Manada dan sekitarnya ditanggpi oleh warga Manado. ” Kita berdoa saja dan waspada saja. Tidak perlu panik, ” ujar sejumlah warga yang ditemui media ini secara terpisah.

  Menurut Hermanus warga Mapanget, selain berjaga jaga, kita juga tetap fokus bekerja. Karena negara kita Indonesia juga ada ahli geologi yang bisa memberi isyarat semisal cuaca dan lainnya. "Pokoknya dengan adanya ramalan itu, kita tetap beraktivitas seperti biasa dan berjaga," ujar Albert warga lainnya yang tinggal di kawasan pantai Jln Pierre Tendean Bolevard Sario Manado.

Seperti yang sedang viral di medsos, seorang ahli Ahli kegempaan yang meramalkan Gempa Turki, kembali membuat ramalan terkait gempa yang mungkin melanda dunia sebentar lagi. Ramalan ini diungkapkan dalam video yang diunggah di Youtube.

Di video itu, kutip CNBC Indonesia, Hoogerbeets menyebut minggu pertama bulan Maret akan menjadi titik yang sangat kritis. Ia memprediksi akan ada aktivitas seismik yang besar karena konvergensi geometri planet.

“Konvergensi geometri planet kritis sekitar 2 dan 5 Maret dapat mengakibatkan aktivitas seismik besar hingga sangat besar,” katanya dalam video itu.

“Bahkan mungkin gempa dorong besar sekitar 3-4 Maret dan atau 6-7 Maret”, tambahnya.

Secara detail, Hoogerbeets mengklaim bahwa kekuatan gempa yang diduga akan datang bisa lebih dari 8 skala Richter. Wilayah cakupannya pun membentang di Timur Benua Asia hingga Indonesia.

“Daerah yang terkena dampak dapat membentang ribuan kilometer, dari Semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kuril di Timur Jauh Rusia, sampai ke Filipina … Sulawesi, Halmahera, mungkin Laut Banda, Indonesia,” ujar ilmuwan yang bekerja di Survei Geometrik Tata Surya (SSGEOS) itu.

“Saya tidak melebih-lebihkan. Saya tidak berusaha menciptakan ketakutan. Ini adalah peringatan,” tegasnya.

Karenanya ia meminta semua pihak memiliki perencanaan. Ia mengatakan perencanaan yang matang bisa menyelamatkan banyak nyawa.

“Ketika tanah bergetar, kamu harus tahu apa yang dilakukan. Kalian harus keluar segera dari rumah dan bangunan. Itu akan menyelamatkan nyawa,” jelasnya.

Sebenarnya, ramalan ini mendapat pertentangan dari Kepala Penelitian Geofisika cabang Kamchatka dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Danila Chebrov. Ia bahkan menggambarkan prediksi Hoogerbeets sebagai sesuatu yang ‘amatir’.

“Hubungan antara pergerakan planet di tata surya dan aktivitas seismik di Bumi cukup lemah, dan itu akan menimbulkan persoalan jika menggunakannya sebagai alat prognostik utama,” jelas Chebrov, dikutip dari media B29 dan NPR.

Sebelumnya, Hoogerbeets menjadi viral setelah pada 3 Februari lalu memprediksi Gempa Turki dan Suriah, yang pada kenyataannya terjadi pada 6 Februari. Saat itu, ia mengatakan “cepat atau lambat gempa berkekuatan 7,5 akan terjadi di wilayah ini (Turki Tengah Selatan, Yordania, Suriah, Lebanon)”.

Tiga hari kemudian, gempa berkekuatan M 7,8 melanda Turki dan Suriah. Bencana tersebut menyebabkan kematian lebih dari 50.000 orang, dan gempa susulan yang kuat berlanjut di wilayah tersebut.(*/y/sb/j)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *