Foto: Situasi terkini, lokasi menuju area Sumur Bor Panas Bumi Cluster 13 di blokir Warga
Onlinebrita.com, Tomohon – Konflik antara pihak perusahaan Geothermal Energi (PT PGE) dengan masyarakat Tondangow, Kota Tomohon – Sulut, hingga kini belum usai.
Warga menuntut pihak perusahan PT PGE memenuhi janji – janji mereka.
Buktinya, pertemuan antara Manajemen PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) dan Warga Tondangow, tak ada kata sepakat dan hasilnya berakhir deadlock, Kamis (04/04/2024).
“Mereka (PT PGE red.) adalah pembohong besar, mereka suka ingkar janji. Bayangkan saja, kami sudah puluhan tahun didustai,” teriak para penggerak aksi saat meninggalkan lokasi pertemuan, di Aula Kantor Kelurahan Tondangow.
“Dari 14 Point tuntutan kami, tak ada satu pun yang bisa dipenuhi oleh manajemen PT PGE,” ujar Royen dan Jefry Wawoh.
Padahal, apa yang tertuang dalam kesepakatan sudah sangat jelas, dimana diberikan toleransi waktu 1 bulan sejak 4 Maret 2024 lalu, dan tuntutan kami akan direalisasikan oleh PT PGE pada 4 April 2024.
“Ternyata kami warga Tondangow hanya dikibulin dan didustai oleh PT PGE, mereka berdalih nanti akan diinformasikan dan dikoordinasikan dengan pihak PGE Pusat,” tandas keduanya.
Sembari menambahkan, selama puluhan tahun geliat PT PGE menggerus harta kekayaan alam, namun tak memiliki tanggung jawab sosial berdasarkan Undang-Undang CSR (Coorporate Social Responsibility).
Kata Jefry, sekira 400 KK warga Tondangow telah bersepakat menandatangani permintaan konpensasi dari PT PGE sebesar Rp10 juta per-KK. Namun, PGE juga tak merespon.
“Kami menuntut pihak PT PGE mengganti atas kerugian yang kami alami selama ini, akibat kerusakan lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap unsur hara yang terjadi,” ungkapnya.
Selanjutnya, akibat yang ditimbulkan, selama PT PGE beroperasi di Tondangow diantaranya, Puluhan Hektar Sawah tak bisa di olah lagi, hingga Peralatan Elektronik, Kendaraan bermotor roda 2 dan 4, dan Atap rumah mengalami kerusakan.
“Zat asam memang sangat tinggi, makanya bahan yang mengandung besi hanya bertahan 1,5 tahun semuanya karatan dan rusak, belum juga zat kimia beracun H²S yang selalu mengancam ketika terjadi semburan dari Sumur Bor,”beber sejumlah tokoh masyarakat Tondangow.
Hal senada, dikatakan Vian Wowor bahwa mereka seolah-olah diperlakukan seperti tamu dinegeri sendiri. Mega Proyek Geothermal beroperasi di Kelurahan kami, tapi sudara-sudara kami tidak diakomodir sebagai tenaga kerja.
“Seperti tenaga Non Skil Office boy, Cleaning service, Sopir, Catering dan Asisten Gudang hanya diberikan kepada Ordal dari luar Kelurahan Tondangow,” sebut Wowor.
“Jadi, karena mereka ingkar janji, maka sebelum PT PGE realisasikan tuntutan kami, maka kami akan memblokir sementara kegiatan operasional sumur Bor Panas Bumi Cluster 13,” terangnya.
Dibagian lain, Humas PT PGE LHD Muhammad Didih saat ditemui dilokasi kegiatan, saat diminta tanggapannya terkesan enggan menjawab pertanyaan Wartawan.
“Sorry, kami tidak punya hak untuk menjawab, nanti kami akan berkoordinasi dulu dengan Pusat,” singkat Didit, terkesan cuek terhadap sejumlah Wartawan lokal.
Sementara, Kepala Pemerintahan Kelurahan Tondangow Sweetly Posuma SE MAP, ditemui usai pertemuan mengatakan, bahwa forum pertemuan antara pihak PT PGE dan warga masyarakat Tondangow telah difasilitasi dengan baik.
Pada prinsipnya, dalam menjalankan tupoksi sebagai Lurah Tondangow, saya wajib untuk memfasilitasi dengan baik akan pertemuan tersebut.
“Sebagai Pemerintah Kelurahan, tentunya kami memiliki tanggung jawab terhadap proses kemajuan pembangunan sesuai Visi Misi dari Walikota Tomohon,” ucap Lurah Sweetly Posuma.
Terpisah, salah satu Pendiri Asosiasi Daerah Penghasil Panas Bumi Indonesia (ADPPI) Nanang Surahman Agung Pujalaksana SIP MSi, ketika dikonfimasi mengatakan, mestinya perusahan PT PGE harus proaktif dan kooperatif dalam menanggapi hal seperti ini.
“Mestinya, pihak PGE harus bijaksana dan cerdas dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini. Bahkan mereka juga harus proaktif dan kooperatif terhadap warga disekitar titik eksplorasi Panas Bumi itu,” harap jebolan UNAS Jakarta ini.
Kapasitas sebagai Dewan Pertimbangan ADPPI, saya berharap agar permasalahan ini tak menimbulkan konflik horisontal yang berkepanjangan.
“Selesaikanlah dengan baik, dalam forum musyawarah. Itu’ kan bisa di cari solusi yang terbaik atau win-win solution-nya,” pungkas Nanang Surahman kepada Onlinebrita.com via telepon selularnya.
Pertemuan antara PT PGE dan Warga Tondangow dihadiri oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Tomohon Mariam Rau SH, Camat Tomohon Selatan Ir Robert A Pelealu ME, Humas/PRD PT PRA Reymond Pogalin.
Bahkan hadir, Manager HSSE PGE LHD Widodo Suwanto, Chief Security PGE LHD Julian Lendeng, Humas PGE LHD Muhammad Didih dan Staf Humas Meky Pangalila, serta Para Penggerak Aksi dan Ratusan Massa tumplek di Aula Kantor Kelurahan Tondangow.(*jopa) .