BREAKING NEWS: Waspada..! Ancaman Berita Palsu Cepat Menyebar Menipu Pembaca

Foto: Prof Ir Kawilarang Warouw Alex Masengi MSc PhD

Onlinebrita.com, Tomohon – Berita palsu, juga dikenal sebagai hoaks, adalah informasi yang disengaja diciptakan atau disebarluaskan dengan maksud menyesatkan atau menipu pembaca.

Hoaks dapat mengeksploitasi emosi audiens melalui berbagai tipe konten.

Termasuk, ancaman Hoaks jelang Pemilu 2024. Dampak yang muncul dapat berupa sikap memilih berdasarkan emosi, bukan track record, visi, ataupun program kerja.

Sikap ini dapat memperbesar peluang lahirnya Pemerintahan yang tidak berkualitas, meningkatnya apatisme, dan menurunnya tingkat kepercayaan.

Menurut Pengamat dan Pemerhati Pembangunan Provinsi Sulut Prof Ir Kawilarang Warouw Alex Masengi MSc PhD, bahwa terdapat sejumlah tanda atau ciri yang bisa membantu mengidentifikasi berita palsu.

“Jadi, kita harus tau mana berita yang benar-benar sesuai fakta, atau mana berita palsu alias hoaks yang mau menipu pembaca,” kata Prof Alex, Minggu (16/06/2024).

Dijelaskan Prof, seperti Penggunaan Judul yang Provokatif, dimana judul berita sangat mencolok, berlebihan, atau mengejutkan dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca dan memicu reaksi emosional.

Selanjutnya, Sumber Informasi Tidak Dapat Dipercaya. “Pemberitaan yang berasal dari sumber yang tidak terverifikasi, situs web yang kurang dikenal, atau individu yang tidak memiliki kredibilitas,” ujarnya.

Bahkan, Penyajian Tanggal yang Tidak Sesuai. “Berita yang tidak mencantumkan tanggal publikasi atau menampilkan tanggal yang tidak relevan dengan konteks berita.

Klaim Tanpa Dukungan Fakta. “Klaim atau pernyataan yang dibuat tanpa disertai bukti konkret, data, atau referensi yang bisa diverifikasi.

Penggunaan Foto atau Video yang Tidak Akurat. “Penggunaan foto atau video yang telah dimanipulasi atau diedit secara tendensius untuk mendukung narasi palsu,” terangnya.

Penyalahgunaan Bahasa atau Tata Bahasa yang Buruk. “Berita yang mengandung banyak kesalahan ejaan, tata bahasa yang kurang benar, atau penggunaan kata-kata yang tidak standar.

Kurangnya Sumber Pendukung. “Tidak adanya tautan atau referensi ke sumber eksternal yang dapat mengkonfirmasi klaim yang diajukan.

Motif Politik atau Ideologis. “Berita palsu sering digunakan untuk mendukung agenda politik atau ideologis tertentu.

Pemanfaatan Aspek Emosional. “Berita yang dirancang untuk memicu emosi pembaca, seperti kemarahan, ketakutan, atau kecemasan, tanpa memberikan analisis objektif atau fakta yang komprehensif.

Kekurangan Kontradiksi atau Sumber yang Beragam. “Berita palsu cenderung menghindari mengakui atau mengabaikan fakta atau pandangan yang berbeda.

Kurangnya Verifikasi oleh Sumber Terpercaya. “Klaim atau informasi yang tidak diverifikasi oleh sumber-sumber tepercaya atau tidak muncul dalam berita dari sumber yang dikenal.

Isi yang Terlalu Menarik atau Sensasional. “Berita yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan atau terlalu buruk untuk menjadi kenyataan, seringkali menampilkan tawaran yang terlalu menggiurkan atau teori konspirasi yang sangat ekstrem.

Ketidakjelasan Terkait Sumber. “Identitas penulis atau sumber informasi yang tidak dapat diketahui atau disembunyikan.

Penyebaran Cepat di Media Sosial. “Berita palsu sering kali menyebar dengan cepat di media sosial karena dibagikan tanpa verifikasi.

Modifikasi atau Penciptaan Fakta. “Informasi yang pada awalnya benar, tetapi kemudian diubah atau dimanipulasi untuk menciptakan narasi yang palsu.

Menurut Prof, pengenalan ini dapat membantu untuk menghindari berita palsu dan mengevaluasi kebenaran informasi sebelum menggunakannya atau membagikannya.

“Disarankan untuk merujuk pada sumber-sumber berita yang terpercaya dan menjalani pemikiran kritis saat menilai berita yang ditemui,” pesan Prof Alex yang digadang-digadang masuk bursa Cawagub Sulut dari kubu PDIP ini.(*/jp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *